Wae Balak, Pesona Kecantikan Alam yang Tersembunyi
Nun jauh di Manggarai, Flores,
NTT, tersimpan satu di antara beberapa kekayaan objek wisata, seperti kekayaan
alam, budaya, dan sebagainya. Satu kekayaan alam itu adalah sebuah tempat
wisata rohani yang tersembunyi dari peta tujuan wisata rohani orang-orang
katolik Manggarai. Tempat wisata rohani itu adalah Wae Balak.
Kapela Wae Balak
|
Kapel
ini terletak persis di bantaran kali wae balak. Untuk menggapai kapel ini,
pengunjung harus menuruni beberapa “anak tangga alam’. Ia berada di dataran
sempit. Ia tersembunyi dari pandangan umum. Di sekitar kapel ini para siswa
angkatan awal SMP-SMA St Klaus telah
menanam sejumlah pohon pelindung seperti mahoni, ampupu, sengon dan lain-lain. Pepohonan
ini turut memberi kesejukan serta keindahan di sekitar kapel ini.
Belum
diketahui sebab dasar mengapa kapel ini didirikan tepat di bantaran sungai wae
balak dan letaknya agak tersembunyi. Tetapi keberadaannya yang tersembunyi
justeru meningkatkan daya tarik orang untuk mengunjunginya.
Pada
satu kesempatan di tahun 2011 yang lalu, para imam keuskupan Ruteng mewacanakan
tempat ini sebagai kapel adorasi abadi. Kapel adorasi abadi berarti kapel yang
secara khusus dibuka selama 24 jam untuk dikunjungi umat Allah berdoa di
hadapan sakramen maha kudus. Sampai saat ini, wacana ini belum terealisasi
karena alasan keamanan di kompleks SMP-SMA St Klaus yang berada di dekat kapel
itu. Bisa dibayangkan, apabila kapel ini menjadi kapel adorasi abadi maka
pengunjung akan hilir mudik mendatangi tempat ini. Persoalannya adalah, akses
jalan untuk sampai ke tempat itu harus melewati kompleks asrama dan sekolah SMP-SMA
St Klaus. Kemungkinan ini segera dihindari mengingat hal itu kurang mendukung
suasana sistem boarding school yang lebih membutuhkan ketenangan bagi para
siswa.
Sebenarnya
tempat ini amat strategis untuk menjadi kapel adorasi abadi. Selain letaknya
yang cukup tersembunyi dari keramaian, tempat ini juga agak sejuk dan nyaman. Dengan
demikian, tempat ini bisa menjadi salah satu pilihan wisata rohani yang
menjanjikan di masa depan. Hal yang perlu dibenah adalah akses jalan ke tempat
itu.
Gua Maria Wae Balak
Tak jauh dari kapel unik
ini, ada juga sebuah gua Maria. Sekitar 30 meter dari kapel ini, gua itu tampak
kokoh dan kuat karena ia dibangun dengan cara memahat dinding batu yang
mempunyai tingkat kemiringan kurang lebih 90 derajat. Tersedia halaman kecil di
depan gua, dengan ukuran halamannya sekitar 5X8 meter. Di halaman sempit inilah
biasanya anak-anak St Klaus berdoa kepada Tuhan dengan memohon bantuan St
maria. Jika harus mengadakan perayaan ekaristi di tempat ini, maka halaman ini
bisa dijadikan tempat panti imam. Umat yang menghadiri misa di tempat ini akan
berdiri atau duduk di lereng-lereng sempit. Keadaan ini memberi sensasi
tersendiri karena umat sangat menikmati situasi yang cukup menantang ini sambil
menjaga kekhusukan perayaan liturgi itu.
Gua
Maria, sebagaimana tradisi umat katolik digunakan sebagai tempat berdoa. Pada
gua itu, ditahtakan patung St perawan Maria. Di tempat ini, umat katolik akan
berdoa kepada Tuhan melelui pengantaraan sang bunda. Keyakinan bahwa maria
sebagai pengantara doa, memiliki dasar biblis yang kuat yakni, kisah perkawinan
di Kana (Injil Yohanes). Melalui permintaan Maria, Yesus membuat mujizat yakni
mengubah air menjadi anggur pada peristiwa pesta perkawinan itu. Menariknya, mujizat
itu adalah yang pertama dalam catatan historis para rasul.
Atas
dasar keyakinan yang sama, anak-anak St Klaus juga membuat devosi khusus kepada
Maria. Selain pada bulan Mei dan Oktober (bulan Maria), anak-anak st Klaus sering
mengunjungi gua ini. Bila saya perhatikan, mereka biasa mengunjungi gua maria
wae balak ini menjelang hari-hari ujian. Tentu saja ada intensi khusus. Saya
hanya menafsirkan prilaku ini secara sosiologis. Bahwa aktivitas mengunjungi
gua maria ini meningkat saat-saat menjelang ujian. Saya kira, ini adalah reaksi
yang lumrah. Ketika akan menghadapi tantangan, semua orang menyiapkan diri,
tidak hanya secara fisik tetapi juga secara mental. Dalam konteks menghadapi
ujian, maka yang dibutuhkan oleh seorang siswa adalah ketenangan batin menghadapinya.
Ketenangan batin itu bisa diperoleh, salah satunya dengan cara mengunjungi tempat ini untuk
hening sejenak, melepaskan ketegangan, ketakutan, menghadapi tantangan di
depan.
Dua
objek menarik ini berada di kompleks Wae Balak. Secara geografis, tempat ini
terkesan “dilindungi” oleh bebrapa komunitas yang ada di sekitarnya. Di sekitar
objek wisata ini ada lima komunitas
besar. Kelimanya adalah, rumah bina para frater novisiat Sang Sabda (SVD), Unio
Projo Ruteng, paroki St Klaus Kuwu, Lembaga pendidikan SMP-SMA st Klaus Kuwu,
Biara susteran Reinha Rosari (PRR). Kehadiran beberapa komunitas ini seolah
mendukung kesunyian tempat ini, dan sebaliknya, keberadaan beberapa komunitas
ini bisa dijadikan sebagai bagian dari daftar paket wisata rohani jika harus
mengunjungi Wae Balak ini.
Selamat
berkunjung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar